twitter
    .

Rabu, 02 Agustus 2017

JBPRO DUA

789, DRIVER ANDALAN J-BLAR MEMATAHKAN TEORI HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

    

Perhelatan JELAJAH BUMI PROKLAMATOR
Rimbunnya belantara Hutan Kaulon, Kabupaten Blitar menyambut kami dengan kabutnya, hembusan semilir angin merasuk membekukan tulang-belulang dan mengikat persendian kami untuk enggan bergerak.

Sensualitas kebun Jati berpadu dengan kemurnian hutan tropisnya, Harmonis bersama keramahan para warganya.

Seperti apa?
Hutan eksotis ini berada di Kabupaten Blitar, gudangnya Jati, rumah besarnya para offroader.

Pagi itu Kami mulai merangsak memasuki pelataran Pendopo Kabupaten Kota Blitar, untuk bersiap mengikuti sebuah ajang bergengsi nasional dengan tema JELAJAH BUMI PROKLAMATOR 2 (JBPRO2).

Jalur offroad JBPRO2 yang diadakan pemkab Kabupaten Blitar telah diakui dan diamini oleh para offroader nasional sebagai jalur neraka Jahanam, jalur offroad yang sarat akan rintangan-rintangan extrem yang menghadang. Kita akan disuguhi, tanjakan curam, belokan yang menukik tajam, sungai-sungai yang dilumuri pasir dan dihiasi bebatuan yang terjal.
sungguh, bukan hanya ketahanan kendaraan, tenaga besar yang ditopang dengan kaki-kaki yang handal ataupun skil yang mumpuni, tetapi lebih dari itu, kita harus berani mematahkan teori-teori yang sudah ada dalam dunia offroader.
Matahari mulai merangkak naik, tapi tetap tidak menyurutkan team kami sedikitpun, meskipun kami dikenal sebagai team yg masih bau kecur, team kemarin sore, team yg masih amatiran.

Nama team kami adalah J-BLAR ( Jeep Blitar Raya), meskipun team kami masih amatiran, tetapi kami sadar akan sebuah kemajemukan, sehingga harus dipersatukan dengan sebuah ideologi yang kuat dengan semboyan  kebersamaan dan kekeluargaan sebagai dasar pijak kami.
yang artinya bahwa meskipun berbeda suku, ras, golongan dan agama namun merupakan satu kesatuan dalam sebuah bingkai kebersamaan dan persaudaraan.

Raungan mesin mulai terdengar, bau tengik karet hitam yang bergesekan dengan tanah mulai membuat hidung kami pengar, decitan suara seling Winch juga semakin memekakkan telinga dan dentuman besi yang bertumbukan dengan bebatuan mulai memacu degub jantung kami, itu artinya permainan telah dimulai.


Tetapi dalam perhelatan itu, mata saya tertuju pada sebuah mobil SUV warna putih.
PAJERO SPORT DAKAR 4x2, sebuah kendaraan matic berpenggerak dua roda (RWD) yang ditunggangi Driver kawakan, yang terkenal dengan julukan 789.
Seorang pengusaha tambang pasir sukses yang memiliki ratusan bahkan mungkin ribuan BIS dengan gaya sederhana dan tanpa banyak bicara mencoba menerima tantangan untuk melintasi dan menaklukkan Jalur Neraka Jahanam tersebut hanya dengan menggunakan kendaran PAJERO SPORT DAKAR 4x2, dengan transmisi matic. wowwwwww... sungguh membuat geli banyak orang, bagaimana mungkin kendaraan 4x2 bisa menaklukkan Jalur Neraka Jahanam. tetapi dengan santai lelaki itu menepis canda gurau bahkan ejekan offroader lainnya yang sudah menjadi pradigma bahwa jalur NERAKA JAHANAM hanya bisa dilalui oleh kendaraan 4x4.

Di awal start, kendaraan itu mulai bersusah payah melintasi jalur buatan yang disiapkan oleh panitia.
Gayung mulai bersambut, Driver 789 dengan berbekal tehnik dan skil yang mumpuni mulai mematahkan teori yang ada.


789 mencoba  mengaplikasikan hukum kekekalan momentum, dimana jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan” gak mudeng kan? coba tanya langsung penjelasannya pada Driver 789. ketika menggunakan persamaan ini, kita harus meperhatikan arah kecepatan benda. walhasil, 789 mampu dengan mudah melewati setiap rintangan pos 1 dan pos 2 dengan mempertahankan kecepatan dan memanfaatkan momentum gerak mobil saat melewati lumpur dan tidak menempatkan transmisi pada gigi rendah karena torsi berlebih yang keluar malah berpotensi membuat ban berputar terlalu cepat dan kehilangan traksi. 

Rintangan kembali menghadang 789 dan team J-Blar lainnya setelah melewati pos 2, Peserta disuguhi medan tanjakan yang seperti tak berujung...Lagi-lagi 789 mematahkan teori yg beredar di kalangan offroader, karena sejatinya mobil penggerak belakang (RWD) dianggap lebih tangguh saat menaklukkan tanjakan curam, karena ketika menanjak, bobot mobil akan berpindah ke belakang dan ini secara otomatis memberi poros roda belakang traksi yang lebih besar, Sedangkan mobil FWD/4x4, saat menanjak, bobot
yang berpindah ke bagian belakang mobil membuat roda depan malah kekurangan traksi.

Malam semakin larut, team J-Blar dan 789 tiba digaris finis pukul 24.30Wib disambut hembusan hawa dingin yang menusuk tulang.
Sungguh tak terbantahkan, sepertinya julukan The Best Driver JBPRO2 patut disematkan di pundak  Driver 789.
Malam merangkak berganti hari. Kabut mulai berkumpul. Jujur, masih terbayang kepiawaian dan kehandalan Driver 789 di pelupuk mataku.  
Meredian, 2017










Jumat, 18 November 2016

Off-road Ekspedisi Part 1

Persiapan Sebelum Tempur

Perjalanan off-road gak ada matinya. Semua event yang melibatkan perjalanan jauh di medan berat, tak hentinya menarik perhatian penggemar off-road dan pemilik jip 4x4. Dalam skala besar, simak saja kiprah IOX yang terus bertumbuh popularitasnya atau event  Safari, yang setiap tahun selalu dirayakan.

Event non kompetisi semacam ini, dianggap sebagai soul-nya hobi off-road, karena melibatkan medan ekstrem, skill, perjalanan jauh dan brotherhood tinggi di antara peserta.

Lantaran peminatnya terus bertambah, tak sedikit pula peserta pemula yang bingung dengan persiapannya. Apalagi bila melihat persiapan yang rata-rata “serem”. Peralatan camping yang dibawa komplet, serta perlengkapan kendaraan yang tak kalah menakutkan, dengan winch depan-belakang, ban besar, roof rack, suspensi heavy duty, dan roll cage sekeliling bodi.

Daya tarik ekspedisi, tak lepas dari kisah para peserta melepaskan diri dari sulitnya medan yang dihadapi. Perjalanan yang penuh siksaan mental dan fisik, termasuk kendaraan, memang sangat menarik. Dari medan berat yang nyaris mustahil dilalui, seperti lumpur pekat sedalam pinggang, tanjakan terjal bersisi jurang, turunan yang memaksa penggunaan winch, hingga cuaca buruk di tengah hutan, semua jadi bagian dari perjuangan panjang melepaskan diri dari obstacle.

Event ekspedisi semacam ini diminati terutama bagi para off-roader yang sudah terbiasa ber-adventure, setidaknya pernah melakukan perjalanan off-road atau camping 2 hingga 3 hari. Bedanya, kali ini perjalanan bisa berlangsung nonstop hingga 10 hari! Alhasil menjadi semacam uji kekuatan dan ketangguhan, yang dapat membuat ketagihan.

Akan tetapi, kebiasaan di perjalanan off-road singkat jauh berbeda dari perjalanan panjang. Yang kerap kali butuh persiapan khusus. Persiapan tepat itu butuh pengalaman. Yang hanya didapat ketika ikut sendiri dalam ekspedisi panjang.

Kali ini, saya coba beberkan berdasarkan pengalaman sendiri. Ada beberapa pendekatan untuk menghadapi ekspedisi besar. Ada yang menganggap persiapan sebaiknya selengkap mungkin, dengan membawa semua barang yang bisa dimasukkan ke jip. Ada juga yang melihat sebaliknya, bawalah benda yang paling penting saja, agar beban kendaraan minim.

Ban dan Winch

Beberapa hal penting, termasuk winch, ban M/T, serta snorkel. Tiga hal itu dianggap krusial untuk perjalanan ini. Termasuk hal penting lain, seperti perlengkapan camping, makan dan alat masak, hingga beberapa perlengkapan untuk recovery.



Intinya, pastikan semua hal mendasar terpenuhi, seperti soal kendaraan. Gak usah pusing soal modifikasi suspensi dan lain-lainnya. Tapi pentingkan kondisi kendaraan itu sendiri.

Maka hal terbaik yang perlu dilakukan adalah memastikan semua komponen fast moving dan rentan bermasalah, dalam kondisi baru. Ini pun sebaiknya dilakukan jauh hari sebelum event, agar ada waktu untuk menjajalnya sebelum event. Toh, komponen baru pun kadang rusak sebelum waktunya.

Tidak ada patokan komponen mana yang jadi prioritas, karena setiap bagian bergerak berperan penting. Bila sudah di trek, radiator jebol atau water pump rusak sama repotnya dengan kerusakan as roda, kopling, girboks, atau tie rod. Bila ada keraguan, sebaiknya konsultasi dengan mekanik kepercayaan, atau yang sudah berpengalaman di event ekspedisi.

Beberapa orang sering membeli komponen atau onderdil baru ketika mengetahui komponen tersebut sudah kurang sempurna, dan membawa komponen itu dalam perjalanan nanti. Memang, ini menghemat biaya penggantian di bengkel atau di rumah, karena saat di trek, biasanya banyak yang membantu perbaikan bila komponen di kendaraan jebol. Tapi, sebaiknya sikap begini dihindari. Karena akan membuang waktu ketika di perjalanan.

Setelah kondisi dasar kendaraan beres, barulah melangkah ke aksesori. Bagian ini yang paling disukai para penggemar off-road.

Pertama, adalah soal ban. Tentu, pilihan utama adalah ban off-road jenis extreme atau XT. Pilihan favorit para offroader, termasuk Simex Centipede Extreme Trekker, lalu Silverstone MT 117 Extreme, dan Savero Komodo Extreme (yang dibuat oleh GT Radial dari Indonesia. Beberapa tahun terakhir, Maxxis Trepador juga mulai disukai, lantaran tersedia dalam ukuran hingga 37 inci, sementara yang lain rata-rata 35 inci, atau maksimal 37 inci.

Dengan ban tipe extreme, kita lebih mudah melewati medan berat semacam lumpur dalam, atau bagian yang biasanya licin, dan meminimalkan kerja winch.

Hal penting soal ban, adalah ukuran yang tepat. Ban yang besar, memang memudahkan melewati medan berat itu, tapi ada konsekuensinya. Ukuran ban besar dan bobot yang juga besar, menambah beban pada drivetrain. Ini memicu kerusakan pada komponen lain, seperti as roda dan CV (constant velocity) joint.

Perlu juga memperhatikan bahwa ukuran yang tertera pada ban, tidak selalu seragam. Beberapa ban yang dicap 33 inci, saat diukur ternyata 32,5 inci. Sebaliknya, beberapa ban yang disebut 32 inci, malah lebih besar dari ban 33 inci. Perbedaan semacam ini sudah lumrah di kalangan industri ban. Dan perbedaan itu juga dipengaruhi lebar pelek yang digunakan, serta tekanan anginnya.

Tak ada ketentuan pasti soal pilihan ban terbaik. Semuanya kompromi. Ban besar sakti di medan berat, tapi berpeluang besar merusak komponen. Ban kecil, akan menyulitkan di trek berat, tapi memperkecil risiko kerusakan kaki-kaki.

Namun begitu, sebaik-baiknya pilihan ban Anda, pasti ada bagian trek yang menuntut penggunaan winch. Ini tanpa kecuali. Malah, beberapa trek ekstrim, justru didominasi recovery dengan winch. Sehingga, pilihan winch pun tak kalah penting dari ban.

Biasanya, off-roader serius memilih winch jenis PTO (power take-off), dimana putaran winch ditenagai oleh mesin jip itu sendiri, via girboks. PTO ini terkenal tangguh, dan kuat dipakai winch seharian, selama mesin hidup dan safety pin belum rusak. Safety pin ibarat sekering yang melindungi kerusakan winch dan komponennya.

Memang, banyak off-roader yang memperkuat safety pin itu, via pengelasan atau penggunaan bahan yang lebih kuat. Tapi, ini hanya menggeser kerusakan ke komponen lain ketika bebannya sudah terlalu berat. Langkah semacam ini tidak disarankan.


Pilihan paling populer dan praktis saat ini, adalah winch elektrik. Winch ini masih dapat digunakan ketika mesin mati, meski hanya sebentar, sebelum aki-nya kehabisan daya. Karena itu, sistem kelistrikan yang memadai, juga penting. Periksa kesehatan alternator, dan sebaiknya gunakan aki baru sebelum perjalanan dimulai. Seperti disebut sebelumnya, hindari membeli aki baru sesaat sebelum event. Usahakan membeli aki beberapa minggu sebelumnya, agar dapat menguji kualitasnya. 
 
Bila dana memungkinkan, memasang sistem kelistrikan dengan dua aki akan bermanfaat. Meski begitu ada saatnya winching harus dihentikan sementara, sembari menunggu aki terisi kembali. Toh, event semacam ini tidak buru-buru kok.

Satu hal yang tak kalah pentingny sebelim memulai pertempuran di medan berlumpur, selalu awali dengan Do'a agar pertempuran dapatdapat berjalan dengan lancar.

DEFINISI JEEP

Jeep adalah sebuah perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam produk mobil. Jeep adalah kendaraan off-road tertua yang ada didunia. Kendaraan Jeep pertama kali muncul pada perang dunia kedua. Saat itu, Jeep dipakai sebagai kendaraan militer AD Amerika & sekutu.
Ada banyak penjelasan tentang asal muasal kata 'Jeep'. Teori yang paling banyak dipegang ialah bahwa militer Amerika menganggap kendaraan tersebut adalah GP ('General Purpose' atau berarti 'Tujuan Pemerintah') yang kemudian berkembang pada kata 'Jeep'.
Penjelasan lain ialah berasal dari sebuah kartun 'Popeye' yang diciptakan oleh EC Siregar, yaitu 'Eugene Jeep'.
Menurut 'Fighting Forces' oleh Clinton A. Sanders pada kamus Slang Militer yang diterbitkan tahun 1942, memberikan definisi seperti ini:
"Jeep adalah Sebuah kendaraan Four-Wheel Drive yang berfungsi sebagai kendaraan pengintai atau kendaraan tentara dengan kapasitas 1 - 1½ ton. JEEP juga diistilahkan pada mobil bantam atau kendaraan bermotor lainnya (di Amerika) di Korps Udara, Link Trainer, Pasukan Lapis Baja, Kendaraan militer berkapasitas 1 - 1½ ton, Juga sebutan kepada pesawat kecil atau helikopter."
Definisi ini didukung oleh istilah 'Jeep Carrier' untuk merujuk pada operator berkapasitas kecil AL.
Awal tahun 1941, Willys Overland menunjukan kemampuan kendaraan off-road ketika ditest oleh test driver Willys, Lrving 'Red' Haussmann yang baru saja mendengar tentara di Fort Holabird menyebutnya sebagai 'Jeep'. Ketika ditanya oleh wartawan Wasington Daily News, Lrving menjawab, "Itu sebuah Jeep".
Lalu Trademark JEEP diaplikasikan pada bulan Februari 1943 oleh Willys Overland. Sebagai satu-satunya perusahaan yang terus-menerus menghasilkan kendaraan Jeep setelah perang, pada Juni 1950 Willys-Overland dan mempunyai hak istimewa menggunakan nama "Jeep" sebagai merek dagang terdaftar.

Kamis, 17 November 2016

MAU PASANG TURBO DI MOBILMU?

Perhatikan Hal-Hal Berikut Ini!
Sekarang ini banyak mobil yang pakai turbo, sebagai solusi untuk menghasilkan mesin kecil berkemampuan besar. Tidak hanya mobilnya, orang-orang sekarang suka sekali jargon Om Mobi dari channel YouTube Motomobi “Kami Suka Turbo”. Kemampuan turbo bisa disimak di Honda Civic baru yang bermesin 1.500 cc tapi output setara 2.400 cc, Chevrolet Trax 1.400 cc yang hasilnya setara 2.000 cc dan Ford Fiesta Ecoboost yang bermesin 1.000 cc tapi hasilnya seperti mesin 1.800 cc.
Meski demikian, masih ada orang yang gigit jari karena mobil yang ada di garasi atau depan rumah mereka masih bermesin naturally aspirated biasa, dan kadang suka terlintas untuk pasang turbo di mesinnya. Pastinya muncul pertanyaan,”Kalau pasang turbo, apa saja sih yang harus diperhatikan?” Nah, biar tidak bingung lagi mas Teddy mau menjelaskan seluk-beluknya.

A : Apa saja yang harus diperhatikan saat ingin memasang turbo ke mobil non-turbo?
Yang jelas setting-nya, harus detail dan jangan sembarangan. Pertama, kalau mobil non-turbo itu kan rasio kompresinya cukup tinggi. Ambil contoh Honda Jazz, dia kompresinya sekitar 1:10, sementara mobil turbo standar pabrikan biasanya ada di 1:8 atau 1:9. Mengapa mobil non-turbo kalau diturboin harus turun kompresi? Karena turbo bisa bikin kompresi mesin naik dengan tekanan udara paksanya, tapi jangan pasang tekanan yang kelewat tinggi juga. Contoh, untuk Ford Ecoboost dan BMW Twinpower Turbo itu mungkin sekitar 0,8 bar.

A : Lalu, apa setting khusus yang disarankan untuk mobil non-turbo yang mau pasang turbo?
Kalau mobil non-turbo diturboin, dengan kondisi komponen internal mesin masih standar, maksimum boost rata-rata 0,4 bar. Kalau lebih dari itu, komponen standarnya nggak akan kuat. Jangan lupa, bensin wajib oktan tinggi. Berikutnya, pengapian harus dimundurkan, jangan terlalu cepat supaya tidak knocking. Knocking itu haram bagi mesin turbo, karena mesin bisa detonate atau overheat dengan mudah jika terjadi knocking, bahkan bisa saja ada keretakan di beberapa bagian mesin.

A : Untuk penggunaan harian, lebih cocok turbo berukuran besar atau kecil?
Tidak ada standarnya ya, harus disesuaikan juga dengan setting yang dimau. Kalau turbonya terlalu kecil, nggak akan enak hasilnya, tapi kalau turbonya terlalu besar, nggak enak karena turbo lag juga besar. Semuanya harus seimbang, harus pas.

A : Apakah pemasangan intercooler itu wajib untuk mobil non-turbo yang ingin diturboin?
Intercooler itu adalah media pendingin. Turbo itu bisa bekerja berkat turbin yang diputar oleh gas buang, dan di mobil-mobil ringan, suhu turbo bisa mencapai 700-800 derajat Celcius. Nah, intercooler bertugas untuk menurunkan suhu, jadi kalau pakai turbo plus intercooler, pasti lebih baik, meskipun kalau tidak dipakai juga tidak apa-apa. Itu untuk harian ya, lain cerita kalau kompetisi, misalnya Honda Jazz untuk kompetisi entry level dipasang turbo, mungkin naik 50 hp dan sebaiknya pasang intercooler. Selain fungsional, juga mendukung safety.

A : Benarkan mobil turbo punya kelebihan di torsi putaran rendah, hemat BBM dan emisi lebih rendah?
Torsi besar di putaran rendah itu benar, tapi soal emisi dan hemat BBM itu relatif menurut saya. Kenapa? Untuk mobil turbo buatan pabrik, ketika kita gas pol, boost turbo masuk, kompensasi terhadap bahan bakar akan dilebihkan karena kebutuhannya meningkat. Untuk mobil non-turbo yang mau dipasang turbo, fuel pump harus mampu mensuplai bensin lebih lancar, lebih bagus jika diganti. Jangan lupa untuk dipasang piggyback.

A : Apa fungsi piggyback?
Piggyback bisa membantu setting modifikasi mesin non-turbo ke turbo lebih optimal, bisa untuk mengatur suplai bahan bakar dan pengapian. Jika baru pertama pasang turbo ke mobil non-turbo, begitu kita gas pol, lampu check engine pasti menyala. Kenapa? Itu karena MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor aslinya membaca ada sesuatu yang aneh. Mobil non-turbo tidak pernah ada tekanan paksa, yang ada itu hisapan/kevakuman. Jika MAP sensor standar mobil non-turbo membaca ada tekanan masuk, dia akan mengira “Wah, ini harusnya tidak ada tekanan, di pemrograman sensor harusnya di sini tidak boleh ada tekanan.”

Karena MAP sensor menganggap tekanan udara paksa itu sebagai kesalahan atau masalah, maka dari itu lampu check engine menyala. Nah, piggyback berfungsi untuk memanipulasi data sehingga boost turbo tidak mengganggu MAP sensor. Saat boost turbo masuk, Piggyback akan menghentikan fungsi MAP sensor, kira-kira seperti bilang,”Tenang saja MAP sensor, ini tekanan paksa yang masuk bukan masalah kok, mobil tetap bisa berjalan seperti biasa”. Selanjutnya, piggyback akan meneruskan kebutuhan mesin pada saat boost turbo masuk.

A : Lalu bagaimana dengan perancangan pipa-pipa dari turbo ke intercoller dan lain-lain.
Ada hitungannya, mix and match antara turbo, piping dan engine harus pas, jika salah dalam perancangan pipa-pipa, tekanan dari turbo akan hilang banyak sebelum masuk ke ruang bakar. Istilah gampangnya, ngempos. Ambil contoh Kijang Innova diesel, kan dia pakai turbo tapi tidak pakai intercooler. Begitu dipasang intercooler, turbo lag-nya lebih berasa, tapi bisa diatasi dengan pemakaian piggyback, karena dia bisa mengatur ulang sistem manajemen pembakaran di mesin.

 A : Untuk perawatan mobil turbo, bagaimana? Apa ada oli khusus mesin turbo, harus pasang turbo timer atau bagaimana?
Soal turbo timer memang sangat disarankan buat mobil turbo. Seperti tadi saya bilang, suhu turbo bisa mencapai 700-800 derajat Celcius saat bekerja maksimum, dan turbo butuh pelumas yang berasal dari oli mesin. Turbo yang suhunya lagi tinggi lalu tiba-tiba kita matikan mesin, oli yang sisa di dalam turbo itu akan mendidih gara-gara suhu turbo yang panas tadi. Oli yang terbakar suhu panas tadi bisa menyebabkan kerak di poros turbin dan bisa merusak turbo.
Pemakaian turbo timer bisa membuat mesin mobil tetap menyala meski kunci telah dicabut, memberi waktu untuk turbo mendinginkan suhunya secara drastis. Dengan putaran turbin turbo, udara yang masuk dan keluar bisa berfungsi untuk mendinginkan dirinya, juga untuk menunggu tekanannya turun. Idealnya, setelah selesai menggeber-geber mobil di jalan, lalu kita berhenti, parkir dan selesai memakai mobil, saat kita mulai mencabut kunci dan menunggu hingga mesin mati, turbo timer memberikan jeda waktu sekitar 30 detik hingga 1 menit. Durasi itu diberikan agar turbo tetap mendapat proses pendinginan yang layak.

A : Bagaimana dengan oli mesin turbo?
Disarankan menggunakan oli yang lebih kental. Mobil turbo butuh oli yang lebih kental karena oli yang encer akan  kalah sama panasnya turbo tadi, karena dia bakal tambah encer dan  tidak bisa membantu  pelumasan turbo sama sekali.
Misalnya kita membandingkan suhu mobil non-turbo dengan oli encer dengan mobil turbo beroli kental, saat kita pakai keduanya selama 1 jam lalu kita bandingkan, kurang lebih viskositas si oli saat diukur nanti akan sama, karena suhu mesin turbo lebih tinggi. Suhu oli mobil non-turbo biasanya sekitar 100-110, sedangkan suhu oli mesin turbo bisa sekitar 120-an. Maka dari itu, oli encer sangat tidak baik untuk mesin turbo.
 
A : Bagaimana deskripsi kerusakan dari mesin turbo yang langsung dimatikan tanpa pendinginan setelah dipakai berjalan?
Dalam 1-2 tahun, mungkin tidak akan terasa ada masalah apa-apa tapi lebih dari itu, baru muncul gejalanya. Misalnya, poros turbin akan berkerak dan lama-lama bisa menjadi kendur, gesekan turbin juga akan terganjal oleh kerak yang berasal dari oli yang terbakar oleh panasnya turbo. Sil-sil juga akan lebih cepat rusak dan lebih gampang berasap karena kebocoran oli.

A : Lalu apa rekomendasi dan berapa dana yang dibutuhkan untuk memasang turbo ke mobil non-turbo?
Turbo yang kondisinya baru, karena kondisi dan kualitasnya lebih terjamin daripada turbo bekas yang kondisi internal, gaya pemakaian dan lain-lainnya tidak sebaik turbo baru. Untuk mobil-mobil ringan seperti Jazz, Yaris, Swift dan segala komponen turbonya bermerek bagus dan berkualitas tinggi, kisaran biaya ada di sekitar 40 jutaan.
Memang ada merek alternatif di luar merek Jepang seperti dari Taiwan dan China yang harga komponen turbonya lebih murah, tapi secara kasat mata saja, kita bisa tahu mana yang kualitasnya bagus dan mana yang kurang saat membandingkan turbo merek Jepang dan merek alternatif. Merek-merek seperti Garret, IHI dan lain sebagainya itu kan sudah ketahuan kualitasnya, dan kalau ada apa-apa, suku cadang yang dibutuhkan biasanya ada dan terjamin.
Beberapa merek pun sudah menyediakan turbo bolt-on untuk mobil-mobil tertentu. Misalnya, HKS (Jepang) sudah membuat turbo khusus Honda Jazz, dan Zage (Taiwan) juga punya turbo bolt-on buat Jazz, Yaris, Swift dan juga Honda Civic. Jika memang diperlukan, langkah custom pun juga bisa kita lakukan.

A : Baiklah, informasi ini sangat berguna untuk kami dan pembaca, mas Teddy. Terima kasih atas ilmu dan waktunya.
T : Ya, Sama-sama.
So, itu tadi hal-hal yang perlu anda tahu sebelum memasang sang “keong racun” alias turbo ke mobil anda. Jika anda masih punya hal-hal yang ingin ditanyakan, bisa anda sampaikan di kolom komentar. Selamat berdiskusi dan memasang turbo di mobil anda bagi yang niatnya sudah kuat!