Sekarang ini banyak mobil yang pakai turbo, sebagai solusi untuk menghasilkan mesin kecil berkemampuan besar. Tidak hanya mobilnya, orang-orang sekarang suka sekali jargon Om Mobi dari channel YouTube Motomobi “Kami Suka Turbo”. Kemampuan turbo bisa disimak di Honda Civic baru yang bermesin 1.500 cc tapi output setara 2.400 cc, Chevrolet Trax 1.400 cc yang hasilnya setara 2.000 cc dan Ford Fiesta Ecoboost yang bermesin 1.000 cc tapi hasilnya seperti mesin 1.800 cc.
Meski
demikian, masih ada orang yang gigit jari karena mobil yang ada di garasi atau
depan rumah mereka masih bermesin naturally aspirated biasa, dan kadang
suka terlintas untuk pasang turbo di mesinnya. Pastinya muncul pertanyaan,”Kalau
pasang turbo, apa saja sih yang harus diperhatikan?” Nah, biar tidak
bingung lagi mas Teddy mau menjelaskan
seluk-beluknya.
A : Apa saja
yang harus diperhatikan saat ingin memasang turbo ke mobil non-turbo?
Yang jelas setting-nya,
harus detail dan jangan sembarangan. Pertama, kalau mobil non-turbo itu kan
rasio kompresinya cukup tinggi. Ambil contoh Honda Jazz, dia kompresinya
sekitar 1:10, sementara mobil turbo standar pabrikan biasanya ada di 1:8 atau
1:9. Mengapa mobil non-turbo kalau diturboin harus turun kompresi? Karena turbo
bisa bikin kompresi mesin naik dengan tekanan udara paksanya, tapi jangan
pasang tekanan yang kelewat tinggi juga. Contoh, untuk Ford Ecoboost dan BMW
Twinpower Turbo itu mungkin sekitar 0,8 bar.
A : Lalu,
apa setting khusus yang disarankan untuk mobil non-turbo yang mau pasang
turbo?
Kalau mobil
non-turbo diturboin, dengan kondisi komponen internal mesin masih standar,
maksimum boost rata-rata 0,4 bar. Kalau lebih dari itu, komponen standarnya
nggak akan kuat. Jangan lupa, bensin wajib oktan tinggi. Berikutnya, pengapian
harus dimundurkan, jangan terlalu cepat supaya tidak knocking. Knocking
itu haram bagi mesin turbo, karena mesin bisa detonate atau overheat
dengan mudah jika terjadi knocking, bahkan bisa saja ada keretakan di
beberapa bagian mesin.
A : Untuk
penggunaan harian, lebih cocok turbo berukuran besar atau kecil?
Tidak ada
standarnya ya, harus disesuaikan juga dengan setting yang dimau. Kalau
turbonya terlalu kecil, nggak akan enak hasilnya, tapi kalau turbonya terlalu
besar, nggak enak karena turbo lag juga besar. Semuanya harus seimbang,
harus pas.
A : Apakah pemasangan intercooler itu wajib untuk mobil non-turbo yang ingin diturboin?
Intercooler
itu adalah media pendingin. Turbo itu bisa bekerja berkat turbin yang diputar
oleh gas buang, dan di mobil-mobil ringan, suhu turbo bisa mencapai 700-800
derajat Celcius. Nah, intercooler bertugas untuk menurunkan suhu, jadi kalau
pakai turbo plus intercooler, pasti lebih baik, meskipun kalau tidak dipakai juga
tidak apa-apa. Itu untuk harian ya, lain cerita kalau kompetisi, misalnya Honda
Jazz untuk kompetisi entry level dipasang turbo, mungkin naik 50 hp dan
sebaiknya pasang intercooler. Selain fungsional, juga mendukung safety.
Torsi besar
di putaran rendah itu benar, tapi soal emisi dan hemat BBM itu relatif menurut
saya. Kenapa? Untuk mobil turbo buatan pabrik, ketika kita gas pol, boost turbo
masuk, kompensasi terhadap bahan bakar akan dilebihkan karena kebutuhannya
meningkat. Untuk mobil non-turbo yang mau dipasang turbo, fuel pump
harus mampu mensuplai bensin lebih lancar, lebih bagus jika diganti. Jangan
lupa untuk dipasang piggyback.
A : Apa fungsi piggyback?
Piggyback
bisa membantu setting modifikasi mesin non-turbo ke turbo lebih optimal, bisa
untuk mengatur suplai bahan bakar dan pengapian. Jika baru pertama pasang turbo
ke mobil non-turbo, begitu kita gas pol, lampu check engine pasti
menyala. Kenapa? Itu karena MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor
aslinya membaca ada sesuatu yang aneh. Mobil non-turbo tidak pernah ada tekanan
paksa, yang ada itu hisapan/kevakuman. Jika MAP sensor standar mobil non-turbo
membaca ada tekanan masuk, dia akan mengira “Wah, ini harusnya tidak ada
tekanan, di pemrograman sensor harusnya di sini tidak boleh ada tekanan.”
Karena MAP
sensor menganggap tekanan udara paksa itu sebagai kesalahan atau masalah, maka
dari itu lampu check engine menyala. Nah, piggyback berfungsi untuk
memanipulasi data sehingga boost turbo tidak mengganggu MAP sensor. Saat boost
turbo masuk, Piggyback akan menghentikan fungsi MAP sensor, kira-kira seperti
bilang,”Tenang saja MAP sensor, ini tekanan paksa yang masuk bukan masalah
kok, mobil tetap bisa berjalan seperti biasa”. Selanjutnya, piggyback akan
meneruskan kebutuhan mesin pada saat boost turbo masuk.
A : Lalu bagaimana dengan perancangan pipa-pipa dari turbo ke intercoller dan lain-lain.
Ada
hitungannya, mix and match antara turbo, piping dan engine
harus pas, jika salah dalam perancangan pipa-pipa, tekanan dari turbo akan
hilang banyak sebelum masuk ke ruang bakar. Istilah gampangnya, ngempos. Ambil
contoh Kijang Innova diesel, kan dia pakai turbo tapi tidak pakai intercooler.
Begitu dipasang intercooler, turbo lag-nya lebih berasa, tapi bisa
diatasi dengan pemakaian piggyback, karena dia bisa mengatur ulang
sistem manajemen pembakaran di mesin.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuwOOK97RHMNpG26vgW_g_sIaM786a2S-AqKdBCerKMxEu3c9X_EVm_gsLWd3sfkv2VAohV6pqTlOKt9D_15sEZM1hPsqgtezXXeoxUudoQp3_B2TsrP4szrpcm2K7_IPhLOkn76YNxlo/s320/turbo.jpg)
Soal turbo
timer memang sangat disarankan buat mobil turbo. Seperti tadi saya bilang, suhu
turbo bisa mencapai 700-800 derajat Celcius saat bekerja maksimum, dan turbo
butuh pelumas yang berasal dari oli mesin. Turbo yang suhunya lagi tinggi lalu
tiba-tiba kita matikan mesin, oli yang sisa di dalam turbo itu akan mendidih
gara-gara suhu turbo yang panas tadi. Oli yang terbakar suhu panas tadi bisa
menyebabkan kerak di poros turbin dan bisa merusak turbo.
Pemakaian
turbo timer bisa membuat mesin mobil tetap menyala meski kunci telah dicabut,
memberi waktu untuk turbo mendinginkan suhunya secara drastis. Dengan putaran
turbin turbo, udara yang masuk dan keluar bisa berfungsi untuk mendinginkan
dirinya, juga untuk menunggu tekanannya turun. Idealnya, setelah selesai
menggeber-geber mobil di jalan, lalu kita berhenti, parkir dan selesai memakai
mobil, saat kita mulai mencabut kunci dan menunggu hingga mesin mati, turbo
timer memberikan jeda waktu sekitar 30 detik hingga 1 menit. Durasi itu
diberikan agar turbo tetap mendapat proses pendinginan yang layak.
A :
Bagaimana dengan oli mesin turbo?
Disarankan
menggunakan oli yang lebih kental. Mobil turbo butuh oli yang lebih kental
karena oli yang encer akan kalah sama panasnya turbo tadi, karena dia
bakal tambah encer dan tidak bisa membantu pelumasan turbo sama
sekali.
Misalnya
kita membandingkan suhu mobil non-turbo dengan oli encer dengan mobil turbo
beroli kental, saat kita pakai keduanya selama 1 jam lalu kita bandingkan,
kurang lebih viskositas si oli saat diukur nanti akan sama, karena suhu mesin
turbo lebih tinggi. Suhu oli mobil non-turbo biasanya sekitar 100-110,
sedangkan suhu oli mesin turbo bisa sekitar 120-an. Maka dari itu, oli encer
sangat tidak baik untuk mesin turbo.
A :
Bagaimana deskripsi kerusakan dari mesin turbo yang langsung dimatikan tanpa
pendinginan setelah dipakai berjalan?
Dalam 1-2
tahun, mungkin tidak akan terasa ada masalah apa-apa tapi lebih dari itu, baru
muncul gejalanya. Misalnya, poros turbin akan berkerak dan lama-lama bisa
menjadi kendur, gesekan turbin juga akan terganjal oleh kerak yang berasal dari
oli yang terbakar oleh panasnya turbo. Sil-sil juga akan lebih cepat rusak dan
lebih gampang berasap karena kebocoran oli.
A : Lalu apa
rekomendasi dan berapa dana yang dibutuhkan untuk memasang turbo ke mobil
non-turbo?
Turbo yang
kondisinya baru, karena kondisi dan kualitasnya lebih terjamin daripada turbo
bekas yang kondisi internal, gaya pemakaian dan lain-lainnya tidak sebaik turbo
baru. Untuk mobil-mobil ringan seperti Jazz, Yaris, Swift dan segala komponen
turbonya bermerek bagus dan berkualitas tinggi, kisaran biaya ada di sekitar 40
jutaan.
Memang ada
merek alternatif di luar merek Jepang seperti dari Taiwan dan China yang harga
komponen turbonya lebih murah, tapi secara kasat mata saja, kita bisa tahu mana
yang kualitasnya bagus dan mana yang kurang saat membandingkan turbo merek
Jepang dan merek alternatif. Merek-merek seperti Garret, IHI dan lain
sebagainya itu kan sudah ketahuan kualitasnya, dan kalau ada apa-apa, suku
cadang yang dibutuhkan biasanya ada dan terjamin.
Beberapa
merek pun sudah menyediakan turbo bolt-on untuk mobil-mobil tertentu.
Misalnya, HKS (Jepang) sudah membuat turbo khusus Honda Jazz, dan Zage (Taiwan)
juga punya turbo bolt-on buat Jazz, Yaris, Swift dan juga Honda Civic. Jika
memang diperlukan, langkah custom pun juga bisa kita lakukan.
A : Baiklah, informasi ini sangat berguna untuk kami dan pembaca, mas Teddy. Terima kasih atas ilmu dan waktunya.
T : Ya,
Sama-sama.
So, itu tadi
hal-hal yang perlu anda tahu sebelum memasang sang “keong racun” alias turbo ke
mobil anda. Jika anda masih punya hal-hal yang ingin ditanyakan, bisa anda
sampaikan di kolom komentar. Selamat berdiskusi dan memasang turbo di mobil
anda bagi yang niatnya sudah kuat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar